Seorang muslim pada asalnya dianjurkan untuk mencari pasangan yang shalih dan shalihah, yang menjaga kehormatannya, dan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik.. Adapun menikahi wanita yang pernah berzina maka pendapat yang kuat: boleh menikahi wanita yang pernah berzina apabila terpenuhi dua syarat: Pertama: Taubat yang nasuhaYaitu taubat yang terpenuhi syarat-syaratnya: penyesalan yang mendalam, meninggalkan perbuatan zina tersebut, dan berniat tidak akan mengulangi perbuatan tersebut di masa yang akan datang. Alasannya apabila dia belum bertaubat maka statusnya adalah pezina, dan kita dilarang untuk menikahi wanita pezina sebagaimana dalam firman Allah:)الزَّانِي لا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ) (النور:3)
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min. (QS. 24:3))Berkata Ibnu Katsir:ومن هاهنا ذهب الإمام أحمد بن حنبل، رحمه الله، إلى أنه لا يصح العقد من الرجل العفيف على المرأة البغي ما دامت كذلك
حتى تستتاب، فإن تابت صح العقد عليها وإلا فلا وكذلك لا يصح تزويج المرأة الحرة العفيفة بالرجل الفاجر المسافح، حتى يتوب توبة صحيحة "Dari sini Imam Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa tidak sah akad antara laki yang menjaga kehormatan dengan wanita yang pezina selama wanita tersebut belum diminta bertaubat, apabila bertaubat maka sah, jika tidak maka tidak sah. Demikian pula tidak sah menikahkan wanita yang menjaga kehormatannya dengan laki-laki yang pezina sampai laki-laki tersebut bertaubat dengan taubat yang benar " (Tafsir Ibnu Katsir 10/165-166, Muassasah Qurthubah) Adapun setelah taubat maka statusnya bukan pezina, seperti orang kafir apabila bertaubat maka tidak dinamakan kafir lagi, orang musyrik apabila bertaubat maka tidak dinamakan musyrik lagi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ "Orang yang bertaubat dari sebuah dosa maka dia seperti orang yang tidak punya dosa" (HR.Ibnu Majah, dan dihasankan Syeikh Al-Albany )Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah: نكاح الزانية حرام حتى تتوب، سواء كان زنى بها هو أو غيره، هذا هو الصواب بلا ريب، وهو مذهب طائفة من السلف والخلف منهم أحمد بن حنبل وغيره، وذهب كثير من السلف إلى جوازه، وهو قول الثلاثة. "Menikahi wanita pezina adalah haram sampai dia bertaubat, sama saja apakah yang menzinahi dia atau yang lain, ini yang benar tanpa ada keraguan, dan ini adalah pendapat sebagian salaf dan khalaf, diantaranya Ahmad bin hambal dan yang lainnya, dan sebagian besar dari salaf membolehkan (meski tidak bertaubat), dan ini adalah pendapat 3 imam (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi'i). (Majmu' Fatawa 32/109-110).Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: فإن المرأة الزانية لا يحل نكاحها إلا بعد التوبة، وكذلك الزاني لا يصح أن تتزوجه إلا بعد التوبة"Maka sesungguhnya wanita pezina tidak halal dinikahi sampai dia bertaubat, demikian pula lelaki pezina tidak boleh seorang wanita menikah dengannya kecuali setelah dia (lela bertaubat" (Liqa'at Al-Bab Al-Maftuh)
Kedua: Istibra (meyakinkan bersihnya kandungan)Kalau dia hamil maka sampai dia melahirkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: لايحل لامرىء يؤمن بالله واليوم الآخر أن يسقي ماءه زرع غيره يعني إتيان الحبالى "Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya di tanaman orang lain" yaitu mendatangi wanita-wanita hamil" (HR. Abu Dawud, dan dihasankan Syeikh Al-Albany)Adapun kalau tidak hamil maka 'iddahnya satu kali haidh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang tawanan-tawanan Authasلا توطأ حامل حتى تضع، ولا غير ذات حمل حتى تحيض حيضة (Budak)wanita yang hamil tidak boleh disetubuhi sampai dia melahirkan, dan (budak) wanita yang tidak hamil tidak boleh disetubuhi sampai haidh sekali (HR. Abu Dawud, dari Abu Said Al-Khudry dan dishahihkan Syeikh Al-Albany)Berkata Syeikhul Islam: والصحيح أنه لا يجب إلا الاستبراء فقط فإن هذه ليست زوجة يجب عليها عدة وليست أعظم من المستبرأة التي يلحق ولدها سيدها وتلك لا يجب عليها إلا الاستبراء فهذه أولى "Yang benar bahwasanya yang wajib bagi wanita (yang berzina) tersebut hanya istibra' saja, karena dia bukan seorang istri yang wajib baginya 'iddah, dan tidaklah keadaan wanita tersebut lebih besar daripada budak wanita yang diharuskan bersih kandungannya yang dinasabkan anaknya kepada majikannya. Kalau dia (budak wanita) tersebut tidak wajib kecuali istibra' saja maka wanita yang berzina lebih berhak" (Majmu' Fatawa 32/110)Apabila terkumpul dua syarat di atas maka boleh menikahi wanita tersebut baik yang menikahi adalah laki-laki yang menzinahi atau yang lain. Dan hendaknya laki-laki tersebut mengarahkannya kepada kebaikan, mendekatkannya kepada agama, dan mencarikan teman-teman yang shalihah. Semoga Allah memberi barakah padanya. Kemudian perlu saya ingatkan bahwa wanita tersebut sebelum akad nikah adalah wanita asing, oleh karenanya haram atas antum apa yang diharamkan bagi laki-laki yang bukan mahram, seperti berduaan dengannya, bepergian dengannya dll.Dan hendaknya antum dan juga wanita tersebut menutupi aibnya sebisa mungkin, dan jangan membuka apa yang sudah Allah tutupi.Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo dipun isi gih...?